8.6.09

Kesan Pleret, Bantul 9 Mei 2009

Bersama teman-teman antropologi dan beberapa teman dr jurusan lain saya mengunjungi beberapa situs sejarah di daerah Bantul. Kami berangkat dari kampus pukul 10.00 WIB dan kurang lebih 1 jam kami sudah tiba di lokasi. Situs pertama yg kami kunjungi yaitu makam para dalang dan sinden". Disana terdapat makam Ki Panjang Mas dan istrinya yaitu Ratu Mas Malang, makam para sinden" beserta gamelan" yg mereka gunakan. Di sekeliling makam terdapat benteng yg mulai dibangun akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18. Benteng tersebut dibangun dengan bebatuan yang hanya disusun tanpa menggunakan perekat apapun. Namun begitu bebatuan tersebut dapat disusun dengan baik dan berdiri dengan kokoh pada masanya. Karena gempa 3 tahun lalu, benteng tersebut sudah tidak utuh seperti dulu, namun masih berdiri hingga saat ini. Setelah dirasa cukup, kita keluar dari kompleks makam, namun sebelumnya kita semua berfoto ria didekat salah satu makam. Dalam perjalanan menuju keluar, dosen bercerita bahwa di kompleks makam tersebut ada sebuah mitos yaitu bila pengunjung makam menemukan bunga kamboja dengan jumlah kelopak genap, orang yang bersangkutan akan mendapatkan apa yang diinginkan. Teman-teman mencari namun hanya ada satu dari sekian banyak orang yang menemukannya. Di sebuah benteng menuju jalan keluar, kita melihat sebuah relief wayang berjajar di benteng tersebut. Memang relief tersebut tidak begitu jelas jika kita melihatnya dari kejauhan, namun bila kita lebih dekat mengamati relief tersebut terlihat dengan jelas.
Setelah mengunjungi makam tersebut, kita menuju ke sebuah telaga yang konon katanya tidak pernah kering meskipun musim kemarau. Didekat telaga tersebut terdapat sebuah pohon besar yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai pohon pelindung. Ceritanya dulu pada saat ada bom yang diluncurkan oleh Jepang, pohon tersebut melindungi masyarakat karena bom tersebut tersangkut di pohon besar itu.
Dan setelah puas dan badan pun sudah capek, kita menuju kebawah untuk kembali melanjutkan perjalanan. Dosen berkata bahwa di lereng-lereng gunung terdapat Goa Jepang yang dulu digunakan untuk bersembunyi dari tentara Jepang. Perjalanan menuju ke bawah cukup cepat bila dibandingkan bila menuju ke atas yang sangat melelahkan.
Perjalanan berlanjut ke Masjid Kauman Bantul. Di Masjid tersebut kita mengetahui bagaimana masjid itu dibangun dan beberapa situs lain. Di sebelah masjid terdapat banyak umpa-umpa yaitu alas / dasar untuk membangun tiang masjid, setelah itu kita menuju makam salah satu selir dari Sultan Keraton Yogyakarta. Di pintu masuk terdapat patung mini dari tokoh-tokoh pewayangan. Kita juga melihat pohon-pohon besar yang dulunya digunakan untuk berlindung. Tidak terasa adzan pun berkumandang dan kita beristirahat sejenak menunaikan kewajiban. Setelah menunggu teman-teman selesai sholat, kita melanjutkan perjalanan menuju situs terakhir dari daftar perjalanan kita, Museum Pleret.
Kesan pertama melihat museum tersebut tata letaknya bagus, perpaduan warna bangunan yang indah, dan bersih. Tempat pertama yang saya dan teman-teman kunjungi yaitu museumnya. Disana terdapat benda-benda purbakala dan juga peta-peta sejarah. Setelah selesai, kita semua berkumpul di Sumur Gumuling yang terdapat disana. Konon katanya sumur tersebut digunakan untuk menyembuhkan penyakit orang yang bersangkutan dan ada juga yang mandi disana.
Kesan yang saya rasakan terhadap situs-situs Pleret :
(1)untuk Makam Dalang dan Sinden" cukup memprihatinkan, banyak batu-batu penyusun benteng sudah tidak terawat karena memang usia yang sudah tua sehingga membuat benteng tersebut berlumut. Kompleks makam ini seharusnya menjadi perhatian pemerintah daerah setempat dalam pembudidayaan dan kebersihan makam. saya rasa tempat ini bisa menjadi tempat wisata cagar budaya bagi orang-orang yang memang ingin mengetahui lebih jauh mengenai situs tersebut.
(2)untuk Masjid Kauman cukup baik, kompleks masjid yang cukup tertata meskipun saat kita menuju kesana sedang ada proses pembangunan masjid baru. Nilai minus lagi yaitu tempatnya yang kurang strategis karena untuk menuju kesana kita melalui jalan desa yang berkelok-kelok.
(3)Museum Pleret tempat yang bagus, suasana yang sejuk, dan letaknya yang strategis karena tepat di pinggir jalan sehingga tidak membingungkan.

DEWI AISYAH YUNIARTA
08/267787/SA/14288
ANTROPOLOGI BUDAYA